Delapan Dosen dan Satu PLP Prodi Teknologi Perbenihan Ikuti Pelatihan Molekuler dan Analisis Patogen Benih di Universitas Gadjah Mada-Yogyakarta

PS-TEKBEN. Analisis molekuler merupakan salah satu capaian pembelajaran mata kuliah baru yang ada di program studi S1 Terapan Teknologi Perbenihan yaitu Bioteknologi Terapan dan Pengantar Pemuliaan Tanaman. Salah satu capaian mata kuliah tersebut adalah mahasiswa mampu mengetahui teknik penggunaan mesin PCR, menggunakan mesin PCR, dan mampu menganalisis hasil amplifikasi.

Banyaknya galur baru hasil perakitan tanaman, adanya mata kuliah Bioteknologi Terapan dan Pengantar Pemuliaan Tanaman yang membutuhkan analisis molekuler dalam kegiatan penelitian dosen, PLP dan mahasiswa, perkuliahan dan praktikum menyebabkan pelatihan ini sangat penting untuk menunjang keterampilan dalam menganalisis tanaman secara molekuler menggunakan mesin PCR.

Alternatif solusi dalam mengatasi pemulian konvensional adalah dengan menggunakan markah molekuler. Markah molekuler berkembang pesat setelah ditemukannya teknologi molekuler berbasiis DNA pata tahun 1980-an. Penggunaan markah molekuler (DNA) untuk menelusuri keberadaan gen-gen sasaran semakin meningkat terutama pada program silang balik (backcrossing selection).

Melalui Marker Assisted Backcrossing, MAB), beberapa efisiensi pemuliaan tanaman dapat ditingkatkan. Diantara markah molekuler (DNA) yang digunakan adalah adalah markah RAPD. Prinsip kerja markah RAPD adalah berdasarkan perbedaan amplifikasi PCR pada sample DNA dari sekuen oligonukleotida pendek yang secara genetik merupakan kelompok markah dominan. Primer RAPD bersifat random dengan ukuran panjang 10 nukleotida. Umumnya primer yang diguankan terdiri atas sepuluh atau lebih susunan nukleotida (Oligonukleotida) dan berperan sebagai pemula pada sintesis DNA dengan PCR. Jumlah produk amplifikasi PCR berhubungan langsung dengan jumlah dan orientasi sekuen yang komplimenter terhadap primer di dalam genom tanaman.

“Melalui markah RAPD, kuantitas DNA yang dibutuhkan sedikit, hemat biaya, mudah dipelajari dan primer yang digunakan sudah banyak dikomersialisasikan sehingga mudah diperoleh. Analisis DNA melalui metoda RAPD mampu menemukan perbedaan struktur DNA pada tanaman yang sama dari beberapa hasil persilangan” ungkap Anung Wahyudi, Ph.D (Kaprodi Tekben-Polinela).

Analisis tanaman dengan PCR ini telah digunakan secara luas dalam berbagai aspek studi biomolekuler tanaman, selain itu juga dapat digunakan untuk mengidentifikasi ketahanan tanaman terhadap suatu penyakit” ungkap Prof. Dr. Aziz Purwantoro, M.Sc selaku pemateri dalam pelatihan tersebut.

Penelitian dengan menggunakan teknik RAPD sebagai marker molekuler telah banyak digunakan dan berhasil mengidentifikasi keragaman genetik 10 kultivar pepaya, 32 jenis sorgum, identifikasi genetik tanaman kakao dan tanaman kopi. Teknik RAPD sebagai penanda molekuler menggunakan alat Polymerase Chain Reaction (PCR) mampu mengamplifikasi DNA hasil ekstraksi dalam jumlah kecil dan dalam waktu yang singkat.

You may also like...